Gerhana matahari hibrida adalah salah satu fenomena alam yang jarang terjadi dan menjadi sorotan banyak orang di seluruh dunia. Gerhana matahari hibrida terjadi ketika Bulan berada di antara Bumi dan Matahari, namun posisinya tidak tepat untuk menutupi seluruh Matahari, sehingga hanya sebagian wilayah di Bumi yang akan mengalami gerhana matahari total, sedangkan wilayah lainnya akan mengalami gerhana matahari sebagian. Pada tanggal 20 April 2023, gerhana matahari hibrida akan terjadi di beberapa wilayah di Asia, termasuk Indonesia.
[lwptoc]
Sejarah Fenomena Gerhana
Gerhana adalah fenomena alam yang telah menjadi bahan pembicaraan dan perhatian manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Beberapa budaya kuno dan tradisional mempunyai cerita, mitos, dan kepercayaan yang berkaitan dengan gerhana. Bahkan, peristiwa gerhana matahari dan bulan juga pernah memainkan peran penting dalam sejarah astronomi.
Di era kuno, banyak budaya yang menganggap gerhana sebagai pertanda buruk atau tanda kejadian penting dalam kehidupan manusia, seperti kematian pemimpin, kelaparan, atau bencana alam. Meskipun beberapa di antara mereka mempunyai pengetahuan dasar tentang astronomi, namun kebanyakan orang percaya bahwa gerhana terjadi sebagai akibat dari peristiwa supernatural atau dewa-dewa yang marah.
Namun, di masa modern, manusia sudah memiliki pemahaman yang lebih ilmiah dan teruji tentang gerhana. Pada tahun 1605, Johannes Kepler, seorang astronom terkemuka, memprediksi dan mempelajari gerhana matahari dengan menggunakan teori optik dan geometri. Prediksinya yang akurat terbukti pada tahun 1607, ketika gerhana matahari terjadi dan tepat seperti yang ia prediksikan.
Pada tahun 1919, gerhana matahari digunakan untuk menguji teori relativitas umum Albert Einstein. Beberapa peneliti melihat posisi bintang-bintang di belakang Matahari selama gerhana dan menemukan bahwa posisinya berubah akibat gravitasi Matahari, seperti yang diprediksi oleh teori Einstein.
Dari sinilah gerhana matahari menjadi semakin penting dalam sejarah astronomi, karena memungkinkan para ilmuwan untuk mempelajari fenomena alam dan menguji teori-teori ilmiah dengan lebih akurat. Selain itu, gerhana juga telah menjadi peristiwa yang menarik bagi banyak orang di seluruh dunia, dan menjadi momen yang mengagumkan dan memukau bagi banyak orang yang menyaksikannya.
Menikmati Gerhana Matahari dari Bulan dengan IoT
Pada bulan Agustus 2021, wahana NASA’s Lunar Reconnaissance Orbiter, satelit yang dibekali kemampuan Internet of things dan telah menjelajah satelit alami bumi selama 8 tahun terakhir mengirimkan gambar kondisi gerhana matahari dari bulan.
LRO menggunakan sensor gambar Semiconductor KLI-5001 – mulai memindai Bumi pada pukul 2:25:30 sore waktu EDT. Karena Kamera Sudut Sempit membangun gambar baris demi baris (daripada pengambilan gambar “sekaligus” yang memungkinkan dari sensor array area). Dibutuhkan 18 detik untuk menangkap semua 52.225 baris gambar sampai selesai. Waktu eksposur diatur sesingkat mungkin (kurang dari satu per seribu detik) untuk mencegah terjadinya overexposing gambar, hasilnya dapat fanbot lihat disini
Tips Aman Menikmati Fenomena Gerhana Matahari
Berikut adalah beberapa tips aman yang dapat diikuti untuk melihat fenomena gerhana matahari:
Jangan melihat langsung ke Matahari
Matahari mengandung radiasi berbahaya yang dapat merusak mata secara permanen. Ketika melihat gerhana matahari, cahaya yang kuat dan sinar ultravioletnya masuk ke dalam mata dan dapat merusak sel-sel sensitif di retina yang bertanggung jawab untuk penglihatan. Kerusakan ini dapat menyebabkan masalah penglihatan jangka panjang, seperti kehilangan penglihatan sebagian atau bahkan total. Gunakan alat perlindungan mata seperti kacamata khusus atau alat lain yang dapat melindungi mata dari sinar matahari.
Gunakan Kacamata Khusus
Jangan menggunakan kacamata biasa, lensa kamera, atau filter yang tidak sesuai untuk melihat Matahari. Benda-benda tersebut tidak dapat melindungi mata dari radiasi berbahaya Matahari.
Kacamata gerhana adalah kacamata khusus yang di rancang untuk melindungi mata dari sinar ultraviolet yang berbahaya selama gerhana matahari. Di lengkapi dengan filter khusus yang dapat menyerap hingga 99,9 persen sinar ultraviolet yang di pancarkan oleh Matahari selama gerhana.
Baca Juga Kacamata Berbasis IoT untuk Tunanetra
Kacamata gerhana biasanya terbuat dari bahan yang ringan dan tahan lama. Seperti polikarbonat atau plastik yang berkualitas tinggi, sehingga nyaman di gunakan dan tidak mudah rusak.
Gunakan alat optik yang sesuai
Alat optik seperti teleskop atau teropong dapat di gunakan untuk melihat Matahari secara aman dengan mengarahkan alat tersebut pada Bayangan Matahari yang di proyeksikan ke permukaan yang datar.
Jangan melihat Matahari melalui layar gadget atau smartphone. Layar tersebut tidak dapat melindungi mata dari radiasi berbahaya Matahari dan dapat merusak layar gadget kalian.