Urban farming dengan teknik hidroponik bukanlah hal baru di Kota Pahlawan.Tapi Urban Farming dengan memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT) itu terdengar masih asing.
dan Sih Kawuryan Yulianes Kufa telah membuat aplikasi berbasis Internet of Things (IoT) digunakan untuk urban farming.
Aplikasi SERPIS
Wali Kota Surabaya yaitu Eri Cahyadi, akan mengunjungi greenhouse di daerah Rumah Pangan Lestari (KRPL). Wanita Serpis RW 04 Kelurahan Jemur Wonosari. Dia takjub dengan teknologi IoT buatan Gregorio dan Kawuryan. Teknologi ini dikendalikan oleh aplikasi yang disebut SERPIS yang berfungsi sebagai penyiraman, pengabutan, dan pengaturan suhu di greenhouse secara otomatis.
Eri juga ingin nantinya aplikasi SERPIS bisa berkembang dan di terapkan di seluruh urban farming di Kota Pahlawan. Tujuannya, agar kualitas sayuran hidroponik yang petani lokal Surabaya kelola menjadi lebih baik lagi.
Dari suarasurabaya.net, Eri mengatakan “Tugas kita, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, memastikan bahwa yang berinvestasi di kota Surabaya ketika membeli sayur, belinya di greenhouse yang ada di kota ini. Misal hotel, rumah makan, apartemen, yang menyediakan makanan dengan sayuran, belinya di petani hidroponik Surabaya. Dengan catatan, kualitasnya harus baik sesuai standarnya,”
Eri yakin dengan adanya kolaborasi antara Pemkot Surabaya dengan perguruan tinggi, bisa menghasilkan sayuran hidroponik yang sesuai dengan standar Internasional. Selain itu, juga akan meningkatkan penghasilan warga kota Surabaya.
Awal mula Aplikasi SERPIS
Gregorio menjelaskan awal mula dia menemukan ide teknologi IoT buatannya. Aplikasi berbasis android bertenaga surya, secara keseluruhan terkendali lewat ponsel dengan jaringan internet. Mulai dari penyiraman pengabutan, pengaturan suhu udara, dan pendeteksi kadar air, semuanya dapat kita kendalikan dengan mudah dalam satu genggam.
Baca juga:Cara Meyakinkan Orang Tua Tentang Karier yang Kamu Pilih
Kegiatan ini merupakan bagian dari LEAP (Leadership Enhancement Program) yang merupakan aplikasi Gari MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) di kampus UK Petra.
Proses Pengerjaan Aplikasi SERPIS
Mahasiswa mahasiswa tersebut mengerjakan proyek ini selama lima bulan dari Agustus sampai Desember 2021. Kebun yang diberi nama SERPIS Kebun Kita itu memiliki luas kurang lebih 27×10 meter yang didalamnya terdapat media bercocok tanam organik seluas 6×4 meter dengan dua bangunan greenhouse untuk media tanam hidroponik dengan masing masing luasnya kurang lebih 5,6×8 meter dan 4×8 meter.
Berbekal bantuan dana dari kampus sejumlah Rp 10 juta, para mahasiswa kemudian melakukan berbagai uji coba. Sebelumnya mereka juga melakukan survei terlebih dahulu sehingga karya yang mereka sesuai dengan kebutuhan.
Sih Kawuryan Yulianes Kufa atau Yeka mengatakan, total ada lima desain sistem dan website yang Yeka buat. Kelima rancangan sistem tersebut terdiri dari sistem PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya),satu Sistem Penyiraman Tanaman Media Tanah Automatis, Sistem Pengkabutan serta Pendeteksi Kadar Air pada Bak Hidroponik untuk dua Ruang Greenhouse dan sebuah Aplikasi “SERPIS” berbasis Android sebagai dashboard kontrol dan monitor sistem.
Manfaat menggunakan Aplikasi SERPIS
Dari duta.co “Kelompok kami menemukan masalah utamanya terletak pada kesulitan mengukur suhu yang tepat dalam ruang greenhouse agar tanaman Hidroponik itu tidak cepat rusak serta lokasinya yang jauh dari rumah,” jelas Yeka
Yeka dan Gregorio memanfaatkan dua unit panel tenaga surya yang sudah ada, dengan pemrograman maka penyemprotan dan pengukuran kelembaban tanah bisa berjalan secara otomatis.
Sehingga jika alat mendeteksi tanah kering maka secara otomatis air akan keluar dan menyirami tanaman hidroponik Itu. Dan semuanya itu bisa di kontrol melalui aplikasi yang dinamai SERPIS dengan menggunakan bahasa pemrograman Java.
Penamaan aplikasi memang sengaja dibuat sesuai dengan nama asli komunitas ini yaitu SERPIS, yang merupakan sebuah dashboard bagi pengurus komunitas untuk melakukan monitoring dan kontrol sistem penyiraman Otomatis serta sistem pengkabutan. Tak hanya itu saja, website yang telah Yeka dan tim buat ini berencana akan menjadikan e-commerce (market place). Supaya produk-produk dari KRPL SERPIS bisa kita jual secara online.
Buat Fanbot yang ingin belajar Internet of Things, Indobot telah kembali membuka program beasiswa bagi talenta digital bersama Kominfo RI dalam Digital Talent Scholarship Professional Academy (DTS PROA) batch 3 dengan judul pelatihan “Internet of Things (IoT) Fast Track”. Pelatihan IoT tersebut menyediakan modul berbahasa Indonesia dengan kurikulum mulai dari dasar elektronika, Arduino, hingga IoT berbasis proyek (simulasi) yang disusun oleh tim Indobot Academy.
Yuk segera daftarkan diri anda untuk mengikuti seleksi Beasiswa IoT DTS PROA Batch 3! Jangan lewatkan kesempatan ini ya, karena kesempatan baik tidak datang dua kali ya.