Sensor elektronika adalah salah satu komponen kunci dalam Internet of Things (IoT) yang memungkinkan perangkat untuk mengumpulkan data dari lingkungan sekitarnya dan mengirimkannya ke sistem. Sensor bekerja dengan cara menangkap perubahan lingkungan baik berupa suhu, kelembapan, intensitas cahaya dan lainnya dan mengubahnya menjadi energi listrik. Energi listrik dari sensor selanjutnya diolah oleh perangkat IoT untuk ditampilkan lewat perangkat output.
[lwptoc numeration=”none” title=”Daftar Isi”]
Pembagian Jenis Sensor
Sensor dapat dibagi berdasarkan keaktifan, sinyal yang dihasilkan serta jenis penggunaan. Berdasarkan keaktifannya, sensor dibagi menjadi sensor aktif dan pasif.
Perbedaan Sensor Aktif dan Pasif
Sensor aktif dan sensor pasif adalah dua jenis sensor yang digunakan dalam berbagai aplikasi. Perbedaan utama antara kedua jenis sensor adalah bahwa sensor aktif memerlukan sumber daya eksternal untuk menghasilkan sinyal keluaran, sementara sensor pasif menghasilkan sinyal keluaran tanpa sumber daya eksternal.
Sensor aktif memerlukan sumber daya eksternal seperti baterai atau daya listrik yang dapat menggerakkan komponen sensor dalam menghasilkan sinyal keluaran. Contoh sensor aktif adalah sensor tekanan, sensor suhu, dan sensor gerakan. Keuntungan dari sensor aktif adalah keakuratannya yang tinggi dan mampu menghasilkan sinyal yang kuat dan stabil.
Baca juga Rumus Tegangan
Sementara itu, sensor pasif tidak memerlukan sumber daya eksternal dan dapat menghasilkan sinyal keluaran hanya dengan menerima sinyal masukan. Contoh sensor pasif termasuk sensor cahaya, sensor suara, dan sensor suhu. Keuntungan dari sensor pasif adalah biayanya yang lebih rendah, ukurannya yang lebih kecil, dan kemampuan untuk bekerja tanpa daya.
Dalam aplikasi yang berbeda, penggunaan sensor aktif atau sensor pasif tergantung pada tujuan dan juga persyaratan sistem yang digunakan. Misalnya, sensor aktif digunakan dalam aplikasi yang membutuhkan akurasi dan kestabilan sinyal yang tinggi, sedangkan sensor pasif digunakan dalam aplikasi yang membutuhkan ukuran dan biaya yang lebih rendah.
Baca Juga Perbedaan Sensor Aktif dan Pasif
Perbedaan Sensor Analog dan Digital
Sensor analog dan digital adalah dua jenis sensor yang berbeda dalam cara mereka mengubah suatu besaran fisik menjadi sinyal listrik yang dapat diproses oleh perangkat elektronik. Berikut adalah penjelasan perbedaan antara sensor analog dan digital:
Output sinyal
Sensor analog menghasilkan sinyal analog yang berupa sinyal listrik yang kontinu dan berubah secara terus-menerus seiring dengan perubahan besaran fisik yang diukur. Contohnya adalah sensor tekanan dan sensor suhu. Sedangkan sensor digital menghasilkan sinyal digital yang berupa angka-angka biner 0 dan 1 yang merepresentasikan nilai tertentu. Contohnya adalah sensor detak jantung dan sensor gerakan.
Range pengukuran
Sensor analog memiliki range pengukuran yang terus menerus dari nilai minimum hingga maksimum yang dapat diukur. Sedangkan sensor digital memiliki range pengukuran yang diskrit, dengan nilai minimum dan maksimum yang telah ditentukan sebelumnya.
Resolusi
Sensor analog memiliki resolusi yang relatif rendah, karena sinyalnya berupa kontinu dan bergantung pada akurasi pengukuran. Sedangkan sensor digital memiliki resolusi yang lebih tinggi, karena nilai yang diukur dapat direpresentasikan secara presisi dalam angka-angka biner.
Kecepatan dan akurasi
Sensor digital memiliki kecepatan dan akurasi yang lebih tinggi dibandingkan sensor analog. Hal ini karena proses konversi analog ke digital pada sensor digital dapat dilakukan secara cepat dan presisi oleh perangkat elektronik.
Dalam aplikasi yang berbeda, penggunaan sensor analog atau digital tergantung pada persyaratan dan juga tujuan sistem yang digunakan. Sensor analog biasanya digunakan dalam aplikasi yang membutuhkan resolusi yang tidak terlalu tinggi, seperti dalam sistem kontrol industri. Sedangkan sensor digital biasanya digunakan dalam aplikasi yang membutuhkan kecepatan dan akurasi yang tinggi, seperti dalam sistem kontrol otomatis atau pengukuran medis.
Ada cukup banyak jenis sensor elektronik yang bisa digunakan sebagai pengumpan sistem IoT dan menjadikannya sistem cerdas. Berikut ini adalah beberapa jenis sensor elektronika yang digunakan dalam IoT dibagi berdasarkan jenis penggunaannya:
Sensor Suhu
Sensor suhu adalah salah satu jenis sensor paling umum yang digunakan dalam IoT. Ini dapat mengukur suhu sekitar dan memberikan informasi tentang kondisi suhu lingkungan. Sensor suhu biasanya berbentuk termistor atau thermocouple yang bekerja dengan memanfaatkan perubahan resistansi atau tegangan saat terjadi perubahan suhu. Keuntungan dari sensor suhu adalah kemampuannya untuk memberikan informasi tentang suhu dengan akurasi yang tinggi. Kekurangan sensor ini adalah beberapa jenis sensor suhu memerlukan kalibrasi yang teratur dan juga rentan terhadap kerusakan.
Baca juga Gerbang Logika Dasar
Contoh sensor suhu yang paling umum adalah Thermistor dan RTD (Resistance Temperature Detector).
Thermistor
Adalah sensor suhu yang menggunakan perubahan resistansi material dengan perubahan suhu. Ketika suhu naik, resistansi material akan turun. Ada dua jenis thermistor, yaitu NTC (Negative Temperature Coefficient) dan PTC (Positive Temperature Coefficient). NTC thermistor resistansinya akan menurun seiring meningkatnya suhu, sedangkan PTC thermistor resistansinya akan meningkat seiring meningkatnya suhu. Kedua jenis thermistor ini sering digunakan dalam aplikasi otomotif, elektronik, dan pengendalian suhu di rumah tangga.
RTD (Resistance Temperature Detector)
RTD adalah sensor suhu yang juga menggunakan perubahan resistansi material dengan perubahan suhu, namun material yang di gunakan adalah platinum, sehingga akurasi pengukuran lebih tinggi daripada thermistor. Lebih stabil dan memiliki rentang suhu yang lebih luas. Namun, harga RTD lebih mahal dan lebih sulit untuk di pasang karena kebutuhan perangkat tambahan seperti sumber daya listrik dan juga pengkondisi sinyal. RTD sering di gunakan dalam aplikasi industri seperti di pabrik kimia, pengendalian suhu industri, dan laboratorium.
Sensor Kelembaban
Adalah sensor yang di gunakan untuk mengukur tingkat kelembaban dalam udara. Sensor ini biasanya berbentuk resistansi yang berubah sesuai dengan kelembaban sekitar. Keuntungan dari sensor kelembaban adalah kemampuannya untuk mengukur kelembaban udara dengan akurasi tinggi. Kekurangannya adalah beberapa jenis sensor kelembaban memerlukan kalibrasi yang teratur dan juga mudah rusak karena efek korosi.
DHT11 / DHT22
Adalah sensor suhu dan kelembapan yang populer dan sering di gunakan dalam proyek IoT. Sensor ini menggunakan resistansi yang berubah sesuai dengan kelembapan sekitar. Keuntungan dari sensor ini adalah ukurannya yang kecil, mudah di gunakan dan murah.
Baca Juga Monitoring Suhu DHT11 dengan Output LCD
SHT10 / SHT21 / SHT30
Adalah sensor kelembapan dan suhu digital yang memiliki akurasi tinggi dan keandalan. Sensor ini menggunakan teknologi Sensirion’s CMOSens, yaitu sensor yang mengintegrasikan sinyal sensor dan sirkuit digital ke dalam satu chip. Keuntungan dari sensor ini adalah akurasi yang tinggi, rentang suhu yang luas, dan daya tahan yang baik.
Capacitive Humidity Sensor
Capacitive Humidity Sensor adalah sensor kelembapan yang menggunakan kapasitansi sebagai prinsip kerjanya. Sensor ini menggunakan dua elektroda yang terpisah oleh bahan di elektrik yang berubah sesuai dengan kelembapan. Keuntungan dari sensor ini adalah akurasi yang tinggi, respons cepat, dan dapat bekerja pada suhu dan kelembapan yang ekstrim.
BME280
BME280 adalah sensor suhu, kelembapan, dan tekanan udara digital yang sering di gunakan dalam aplikasi IoT. Sensor ini menggunakan teknologi Bosch Sensortec yang menggabungkan sensor suhu, kelembapan, dan tekanan dalam satu chip. Keuntungan dari sensor ini adalah ukurannya yang kecil, akurasi yang tinggi, dan daya tahan yang baik.
HIH-4030 / HIH-4031
HIH-4030 / HIH-4031 adalah sensor kelembapan yang menggunakan teknologi pengukuran resistansi dengan elektrolit yang berubah sesuai dengan kelembapan. Keuntungan dari sensor ini adalah akurasi yang tinggi, rentang suhu dan kelembapan yang luas, dan daya tahan yang baik.
Sensor Cahaya
Sensor cahaya adalah sensor yang di gunakan untuk mengukur intensitas cahaya di sekitar perangkat. Ini umumnya menggunakan fotodioda atau fototransistor sebagai elemen deteksi. Keuntungan dari sensor cahaya adalah kemampuannya untuk memberikan informasi tentang intensitas cahaya sekitar dengan akurasi tinggi. Kekurangan sensitivitas sensor terhadap cahaya dapat berkurang seiring waktu dan tergantung pada kondisi lingkungan yang berubah-ubah.
Beberapa contoh komponen sensor cahaya yang sering di gunakan dalam aplikasi IoT:
Fotoresistor
Fotoresistor atau LDR (Light Dependent Resistor) adalah komponen sensor cahaya yang resistansinya berubah sesuai dengan intensitas cahaya yang di terima. Semakin terang cahaya yang di terima, semakin rendah resistansinya. Komponen ini sering di gunakan dalam aplikasi deteksi keberadaan orang pada lampu taman, kontrol kecerahan layar, dan kontrol lampu lalu lintas.
Baca Juga Membuat Lamput Otomatis Arduino dengan Light Dependent Resistor
Photodiode
Photodiode adalah komponen sensor cahaya yang memiliki struktur semikonduktor dan menghasilkan arus listrik ketika terkena cahaya. Sering di gunakan dalam aplikasi pemindai barcode, pengukuran kecerahan, dan deteksi objek.
Phototransistor
Adalah komponen sensor cahaya yang menggunakan transistor sebagai detektor cahaya. Ketika terkena cahaya, arus basis transistor akan meningkat dan menghasilkan arus kolektor yang lebih besar. Phototransistor sering di gunakan dalam aplikasi pengendalian kecerahan, sensor suhu dan kelembapan, dan deteksi gerakan.
Optical Sensor
Adalah komponen sensor cahaya yang menggunakan cahaya inframerah untuk mendeteksi objek. Optical sensor sering di gunakan dalam aplikasi deteksi gerakan, sensor jarak, dan pengukuran kecepatan.
Ambient Light Sensor
Adalah komponen sensor cahaya yang dapat mendeteksi intensitas cahaya lingkungan dan mengatur kecerahan layar. Ambient Light Sensor sering di gunakan pada smartphone dan laptop untuk menghemat daya baterai.
Sensor Gerak
Adalah sensor yang di gunakan untuk mendeteksi gerakan di sekitar perangkat. Sensor ini biasanya menggunakan teknologi seperti ultrasonik atau inframerah. Keuntungan dari sensor gerakan adalah kemampuannya untuk mendeteksi gerakan dengan akurasi tinggi. Kekurangannya adalah sensitivitas sensor terhadap gangguan lingkungan dan perubahan kondisi lingkungan yang tiba-tiba.
Beberapa sensor gerak juga dapat menjadi sensor getaran di gunakan untuk mendeteksi getaran dan guncangan pada peralatan dan mesin. Sensor ini sering di gunakan dalam aplikasi pemantauan kesehatan mesin dan prediksi kegagalan.
Ada cukup banyak jenis sensor gerak yang bisa di gunakan untuk berbagai kebutuhan sistem cerdas berbasis IoT di antaranya adalah
PIR Sensor
PIR (Passive Infrared) Sensor adalah komponen sensor gerak yang mendeteksi perubahan suhu di sekitar sensor. Ketika benda yang memiliki suhu berbeda dengan lingkungan sekitarnya melewati sensor, PIR Sensor akan mendeteksi perubahan suhu tersebut dan memberikan sinyal keluar. PIR Sensor sering di gunakan untuk mengaktifkan lampu atau alarm gerak pada rumah atau bangunan.
Ultrasonic Sensor
Ultrasonic Sensor adalah komponen sensor gerak yang menggunakan gelombang suara ultrasonik untuk mendeteksi benda yang berada di dekatnya. Komponen ini terdiri dari pengirim gelombang suara dan penerima gelombang suara. Ketika objek berada di dekat sensor, gelombang suara akan di pantulkan dan di kirimkan kembali ke sensor. Ultrasonic Sensor sering di gunakan pada sistem parkir otomatis, robotika, dan sistem keamanan.
Microwave Sensor
Microwave Sensor adalah komponen sensor gerak yang menggunakan gelombang mikro untuk mendeteksi pergerakan benda. Komponen ini terdiri dari pengirim gelombang mikro dan penerima gelombang mikro. Ketika benda bergerak, gelombang mikro akan di pantulkan dan di irimkan kembali ke sensor. Microwave Sensor sering di gunakan pada sistem keamanan dan deteksi gerakan di luar ruangan.
Infrared Sensor
Infrared Sensor adalah komponen sensor gerak yang menggunakan cahaya inframerah untuk mendeteksi benda yang bergerak. Komponen ini terdiri dari pengirim cahaya inframerah dan penerima cahaya inframerah. Ketika benda bergerak, cahaya inframerah akan di pantulkan dan di kirimkan kembali ke sensor. Infrared Sensor sering di gunakan pada sistem keamanan dan deteksi gerakan di dalam ruangan.
Image Sensor
Image Sensor adalah komponen sensor gerak yang menggunakan kamera untuk mendeteksi gerakan benda. Komponen ini mengambil gambar atau video dan mendeteksi pergerakan benda berdasarkan perubahan pada gambar atau video tersebut. Image Sensor sering di gunakan pada sistem keamanan dan pengawasan untuk mendeteksi gerakan pada suatu area tertentu.
Accelerometer
Accelerometer adalah komponen sensor getaran yang menggunakan prinsip percepatan untuk mengukur getaran. Komponen ini umumnya terdiri dari massa yang di tempatkan di atas pegas dan juga sensor elektronik untuk mengukur perubahan percepatan. Accelerometer sering d igunakan untuk mengukur getaran dalam aplikasi seperti mobil, pesawat, dan peralatan industri.
Gyroscope
Gyroscope adalah komponen sensor getaran yang di gunakan untuk mengukur rotasi atau perubahan sudut pada suatu benda. Komponen ini terdiri dari rotor yang di putar oleh motor dan sensor elektronik untuk mengukur perubahan sudut. Gyroscope sering di gunakan dalam aplikasi seperti pesawat terbang, robotika, dan navigasi.
Baca Juga cara mengakses sensor Gyroscope
Magnetic Sensor
Magnetic Sensor adalah komponen sensor getaran yang menggunakan medan magnet untuk mengukur pergerakan benda. Komponen ini terdiri dari magnet dan sensor elektronik untuk mengukur perubahan medan magnet. Ketika benda bergerak, medan magnet berubah dan dapat di ukur oleh sensor. Magnetic Sensor sering di gunakan dalam aplikasi seperti pengukuran pergerakan pada kendaraan dan peralatan industri.
Sebelum lanjut mungkin kalian sudah penasaran ingin belajar mencoba membuat peralatan IoT dengan sensor di atas? Bisa banget ikutan Kelas Dasar Lanjutan, di ana kamu akan belajar mengendalikan peralatan berbasis IoT dengan mudah. Gratis pengiriman Site Kit untuk mencoba langsung keseruannya!
Yuk lanjut masih ada sensor apalagi yang bisa kita rangkai dengan platform internet of things ini ya? Berikutnya adalah…
Sensor Gas
Adalah sensor yang di gunakan untuk mendeteksi konsentrasi gas seperti CO, CO2, Metana (CH4) dan lain sebagainya di sekitar perangkat. Sensor ini biasanya menggunakan teknologi seperti sensor elektrokimia atau sensor pemanas. Keuntungan dari sensor gas adalah kemampuannya untuk mendeteksi konsentrasi gas dengan akurasi tinggi. Kekurangannya adalah sensitivitas sensor terhadap suhu lingkungan dan kondisi lingkungan yang berubah-ubah.
Sensor Gas Elektrokimia
Adalah sensor yang memanfaatkan reaksi elektrokimia untuk mendeteksi gas tertentu di udara. Sensor ini memiliki elektroda yang terbuat dari logam atau paduan logam dan di lapisi oleh zat yang peka terhadap gas yang akan di deteksi. Ketika gas tersebut berinteraksi dengan elektroda, maka akan terjadi perubahan pada elektrokimia dan akan menghasilkan arus listrik yang berbeda-beda sesuai dengan konsentrasi gas tersebut.
Sensor Gas Inframerah
Adalah sensor yang memanfaatkan cahaya inframerah untuk mendeteksi keberadaan gas tertentu di udara. Sensor ini memiliki sumber cahaya inframerah yang menghasilkan cahaya inframerah yang di pancarkan ke udara. Ketika gas yang di targetkan terdeteksi, cahaya inframerah akan di pantulkan kembali ke sensor dan menghasilkan sinyal yang akan di olah untuk menentukan konsentrasi gas tersebut.
Sensor Gas Semikonduktor
Adalah sensor yang memanfaatkan perubahan hambatan listrik pada bahan semikonduktor untuk mendeteksi gas tertentu di udara. Sensor gas MQ3 dan MQ4 adalah beberapa contoh dari sensor gas semikonduktor yang sering digunakan. Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai kedua jenis sensor tersebut:
Sensor Gas MQ3 di gunakan untuk mendeteksi keberadaan alkohol di udara. Ini terdiri dari bahan semikonduktor yang di lapisi oleh film sensitif yang peka terhadap alkohol. Ketika alkohol terdeteksi di udara, bahan semikonduktor pada sensor akan berubah hambatannya, dan hal ini dapat di ukur sebagai perubahan tegangan keluaran sensor. Sensor Gas MQ3 sering di gunakan untuk mendeteksi alkohol di dalam udara yang berasal dari minuman keras, bahan kimia, dan lain-lain.
Sensor Gas MQ4 di gunakan untuk mendeteksi keberadaan gas metana di udara. Ini juga terdiri dari bahan semikonduktor yang di lapisi oleh film sensitif. Ketika gas metana terdeteksi di udara, bahan semikonduktor pada sensor akan mengalami perubahan hambatan yang dapat di ukur sebagai perubahan tegangan keluaran sensor. Sering di gunakan dalam sistem keamanan dan kontrol keselamatan, seperti untuk mendeteksi kebocoran gas di perumahan, gedung, dan pabrik.
Kedua sensor gas tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan sensor gas semikonduktor adalah sensitifitas yang tinggi, ukurannya yang kecil, harga yang terjangkau, dan mudah di gunakan. Namun, kekurangan sensor gas semikonduktor adalah mudah terpengaruh oleh suhu, kelembaban, dan faktor lingkungan lainnya, sehingga memerlukan kalibrasi yang rutin. Selain itu, sensor gas semikonduktor juga rentan terhadap kerusakan jika terpapar gas yang terlalu tinggi atau terlalu lama.
Sensor Suara
Sensor suara adalah komponen / peralatan elektronik yang dapat menangkap getaran sinyal suara dan mengubahnya menjadi energi listrik. Setiap sensor suara memiliki karakteristik yang berbeda. Berikut adalah beberapa contoh sensor suara yang sering di gunakan:
Mikrofon Elektret
Adalah jenis mikrofon yang umum di gunakan dalam aplikasi elektronik, seperti telepon, kamera, dan recorder. Mikrofon elektret bekerja dengan memanfaatkan perubahan tekanan suara menjadi sinyal listrik yang dapat di olah oleh perangkat elektronik.
Sensor Suara Piezoelektrik
Adalah jenis sensor suara yang bekerja dengan memanfaatkan efek piezoelektrik pada kristal untuk mengubah getaran suara menjadi sinyal listrik. Sensor suara piezoelektrik sering di gunakan dalam aplikasi pengukuran suara, seperti di dalam studio rekaman atau sistem pengukuran kebisingan.
Sensor Suara Ultrasonik
Bekerja dengan memanfaatkan gelombang suara yang frekuensinya di atas batas pendengaran manusia (20 kHz) untuk mendeteksi objek atau jarak. Sensor ini sering di gunakan dalam aplikasi pengukuran jarak, navigasi, dan robotika. Salah satu jenis sensor ini adalah HC-SR04
Sensor Suara MEMS
Adalah jenis sensor suara yang menggunakan teknologi mikromachining untuk menghasilkan sensor yang sangat kecil dan ringan. Sensor suara MEMS umum di gunakan dalam aplikasi telepon genggam, headphone, dan perangkat wearable.
Keempat jenis sensor suara di atas memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan masing-masing juga cocok di gunakan untuk aplikasi yang berbeda-beda.
Sensor Tekanan
Adalah sensor yang di gunakan untuk mengukur tekanan di sekitar perangkat. Sensor ini biasanya berbentuk piezoelektrik atau kawat regangan. Keuntungan dari sensor tekanan adalah kemampuannya untuk mengukur tekanan dengan akurasi tinggi.
Piezoelectric Sensor
Adalah komponen sensor getaran yang menghasilkan sinyal listrik saat di kenakan tekanan atau getaran. Komponen ini terdiri dari kristal piezoelektrik yang di pasang di antara dua pelat logam. Ketika kristal di tekan atau bergetar, ia menghasilkan muatan listrik yang dapat di ukur. Piezoelectric Sensor sering di gunakan untuk mengukur getaran pada mesin dan peralatan industri.
Baca Juga Training IoT Kelas Elektronika Hebat
Strain Gauge
Adalah komponen sensor getaran yang di gunakan untuk mengukur perubahan deformasi pada suatu benda. Komponen ini terdiri dari film tipis yang di pasang pada permukaan benda dan sensor elektronik untuk mengukur perubahan resistansi. Ketika benda mengalami deformasi atau perubahan bentuk, resistansi film tipis berubah dan dapat di ukur.
Strain Gauge sering di gunakan dalam aplikasi seperti pengukuran kekuatan material, pemantauan struktur bangunan, dan pengukuran tekanan pada kendaraan.
Sensor Aliran
Di gunakan untuk mengukur aliran cairan pada pipa dan saluran. Sensor ini sering di gunakan dalam aplikasi pengaturan aliran air, pengolahan kimia, dan juga industri minyak dan gas.
Adapun contoh dari sensor aliran ini antara lain
Sensor Aliran Termal
Adalah jenis sensor aliran yang menggunakan prinsip perbedaan suhu untuk mengukur aliran fluida. Sensor ini terdiri dari dua elemen termal, yaitu elemen pemanas dan elemen suhu. Ketika fluida mengalir melalui sensor, elemen pemanas memanaskan fluida dan elemen suhu mengukur perbedaan suhu antara fluida yang mengalir dan fluida yang diam. Besarnya perbedaan suhu ini berhubungan dengan laju aliran fluida.
Sensor Aliran Vortex
Adalah jenis sensor aliran yang menggunakan prinsip vortex untuk mengukur aliran fluida. Sensor ini terdiri dari benda yang terletak di tengah aliran fluida dan menghasilkan turbulensi yang di sebabkan oleh efek vortex. Semakin tinggi laju aliran fluida, semakin sering terbentuk vortex di sekitar benda. Sensor ini mengukur frekuensi vortex yang terbentuk dan menghasilkan sinyal output yang berhubungan dengan laju aliran fluida.
Sensor Aliran Ultrasonik
Adalah jenis sensor aliran yang menggunakan gelombang suara ultrasonik untuk mengukur aliran fluida. Sensor ini terdiri dari dua elemen ultrasonik, yaitu elemen pemancar dan elemen penerima. Ketika fluida mengalir melalui sensor, elemen pemancar mengirimkan gelombang suara ultrasonik ke arah elemen penerima. Besarnya perubahan frekuensi gelombang suara ultrasonik yang di terima oleh elemen penerima berhubungan dengan laju aliran fluida.
Sensor Aliran Turbin
Adalah jenis sensor aliran yang menggunakan prinsip rotasi turbin untuk mengukur aliran fluida. Sensor ini terdiri dari turbin yang di pasang di dalam pipa dan terhubung dengan generator listrik. Ketika fluida mengalir melalui sensor, turbin akan berputar dan menghasilkan sinyal output yang berhubungan dengan laju aliran fluida.
Baca Juga Sensor Banjir Berbasis IoT
Sensor Aliran Magnetik
Adalah jenis sensor aliran yang menggunakan prinsip medan magnet untuk mengukur aliran fluida. Sensor ini terdiri dari dua elektroda yang di pasang di dalam pipa dan medan magnet yang melintasi pipa. Ketika fluida mengalir melalui sensor, elektroda mengukur besarnya tegangan yang di hasilkan oleh medan magnet dan kemudian menghasilkan sinyal output yang berhubungan dengan laju aliran fluida.
Sensor pH
Di gunakan untuk mengukur tingkat keasaman dan kebasaan larutan. Sensor ini sering di gunakan dalam aplikasi industri kimia, pemurnian air, dan pengolahan makanan.
Berikut adalah beberapa jenis sensor pH yang sering di gunakan:
Sensor pH Elektrokimia
Adalah jenis sensor pH yang menggunakan prinsip elektrokimia untuk mengukur pH. Sensor ini terdiri dari elektroda pH dan elektroda referensi yang terendam dalam larutan. Ketika pH larutan berubah, elektroda pH menghasilkan potensial listrik yang berubah sesuai dengan perubahan pH.
Sensor pH Optik
Merupakan jenis sensor pH yang menggunakan prinsip spektroskopi untuk mengukur pH. Sensor ini terdiri dari molekul yang peka terhadap pH dan kemudian menghasilkan perubahan warna atau fluoresensi sesuai dengan perubahan pH.
Sensor pH Ion-Selektif
Adalah jenis sensor pH yang menggunakan membran selektif ion untuk mengukur pH. Membran ini hanya membiarkan ion hidrogen (H+) melewati dan menghasilkan potensial listrik yang berubah sesuai dengan konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam larutan.
Sensor pH Konduktivitas
Adalah jenis sensor pH yang menggunakan prinsip konduktivitas listrik untuk mengukur pH. Sensor ini mengukur konduktivitas listrik larutan yang bergantung pada konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi ion hidrogen (H+), semakin tinggi konduktivitas listriknya.
Sensor pH Fluoresensi
Adalah jenis sensor pH yang menggunakan prinsip fluoresensi untuk mengukur pH. Sensor ini terdiri dari molekul peka pH yang menghasilkan fluoresensi sesuai dengan perubahan pH. Semakin tinggi pH, semakin tinggi intensitas fluoresensi yang di hasilkan.