Australia Gunakan Teknologi “Virtual Reality” Dalam Industri Ternak

Indobot Update

Hai Fanbot… 

Gimana nih kabar Fanbot sekalian? 

Minbot akan berbagi pengetahuan tentang negara Australia yang telah menggunakan Teknologi Virtual Reality dalam industri ternaknya. Sebenarnya apa sih virtual Reality itu.

Virtual reality merupakan sebuah teknologi yang membuat pengguna atau user. Dapat berinteraksi dengan lingkungan yang ada dalam dunia maya yang tersimulasi oleh komputer. Sehingga pengguna merasa berada di dalam lingkungan tersebut. Dalam bahasa Indonesia virtual reality atau realitas maya.

Sebuah perusahaan produsen daging sapi yang ada di Australia bernama galPara telah mulai memanfaatkan teknologi inovasi industri. Industri tersebut menggunakan teknologi virtual reality hal ini dilakukan untuk melawan tekanan yang meningkat dari aktivitas lingkungan dan hewan tentang bagaimana industri tersebut beroperasi. 

Meningkatkan tuntutan akan transparansi dan pangan yang berkelanjutan secara etika. Sosial dan lingkungan menjadi salah satu topik  pada acara pameran peternakan terbesar di Australia. Beef Australia 2018 Forum. Meat and Livestock Australia (MLA), sebuah organisasi penelitian, pengembangan dan pemasaran untuk peternak yang ada di Negara Australia. Telah berupaya mendidik konsumen tentang rantai pasokan menggunakan teknologi realitas virtual 

Virtual Reality mendorong konsumen untuk mengikuti proses ini karena hewan di bawa dari peternakan ke fasilitas penggemukan. Proses di di tempat pemotongan dan kemudian di sajikan di piring restoran. Fiona Young, Manajer Program Komunitas MLA, mengatakan bahwa pengalaman teknologi virtual reality mengenai proses ternak dari peternakan hingga ke piring saji telah terbukti menjadi cara yang paling efektif untuk menghilangkan kesalahpahaman tentang peternakan. “Teknologi ini tentu saja mampu membongkar beberapa asumsi dan stereotipe,” ujarnya. 

Pameran daging sapi menjadi daya tarik oleh delegasi lebih dari 30 negara, banyak  menghadapi tekanan eksternal yang sama seperti industri Australia, tetapi dengan profitabilitas dan konsumsi yang lebih rendah, hambatan peraturan yang lebih tinggi, dan perdagangan yang buruk. Kami juga menghadapi tekanan internal seperti stabilitas.

Dalene Wray Managing Director OBE Beef, ingin menunjukkan bahwa tidak semua inovasi berbasis teknologi. Sebuah perusahaan kecil yang ada di Queensland menyatakan bahwa ini adalah salah satu dari empat agribisnis Australia yang merencanakan rekonsiliasi dan merupakan satu satunya inovasi.

Dalene Wray telah meraih penghargaan QCL Beef Industry  Achiever di acara itu,  dalam perusahaannya ia mengakui bahwa terdapat dampak yang luas.

“Sebagai konsumen saya ingin hewan terawat secara manusiawi dan makanan yang bersih dan aman untuk anak-anak saya,” katanya.

Beberapa inovasi di pameran itu masih bertahun-tahun lagi akan dapat di implementasi, sementari yang lain sedang diuji di peternakan. Seperti pagar virtual, teknologi GPS yang dikembangkan oleh CSIRO ini berpotensi menghilangkan salah satu tugas tugas yang paling sulit dan sering ditakuti di peternakan. Perusahaan teknologi Agersens memproduksi sabuk leher yang dikenakan oleh hewan ternak yang akan mengeluarkan suara dan memberikan pulsa listrik jika mereka berkeliaran di luar peternakan virtual yang ditentukan,dan juga bisa melatih ternak untuk tetap berada dalam pagar virtual tersebut. 

Tetapi CEO dari pendiri perusahaan, Ian Reilly, mengatakan nilai sebenarnya bukan hanya tentang mengurangi waktu dan biaya membangun pagar. “Nilai sebenarnya dari alat ini adalah kemampuan teknologi ini untuk mengontrol tingkat persediaan dan pemanfaatan padang rumput dan meningkatkannya dengan cara yang berkelanjutan dan menghindari penggembalaan dan kerusakan lahan,” ujar Ian Reily

Yang menggunakan teknologi Virtual Reality tidak hanya perusahaan galPara saja, tetapi ada juga industri LiveCorp. CEO dari LiveCorp, yaitu Sam Brown mengatakan bahwa ia melihat teknologi ini sebagai alat yang berguna bagi perusahaannya untuk memperbaiki cara berkomunikasi dengan industri dan masyarakat luas. 

“Kemampuan untuk mengajak masyarakat dan membiarkan mereka berinteraksi dengan lingkungan membuka peluang besar dalam keterlibatan yang efektif,” kata Sam Brown

LiveCorp menggunakan Virtual Realily untuk bisa meningkatkan bagaimana perusahaan bisa mengkomunikasikan penelitian dan hasil penemuan yang paling baru. 

Sam Brown “Kami sekarang belajar lebih banyak tentang kemampuan komunikasi karena Anda bisa melihat masyarakat benar-benar ingin membenamkan diri mereka. Nah komentar dan interaksi dari orang-orang ini cukup menarik, jadi dari perspektif komunikasi murni, ini memiliki beberapa kekuatan.”

Buat Fanbot nih ada kabar gembira untuk yang ingin belajar Internet of Things, Indobot telah kembali membuka program beasiswa bagi talenta digital bersama Kominfo RI dalam Digital Talent Scholarship Professional Academy (DTS PROA) batch 3 dengan judul pelatihan “Internet of Things (IoT) Fast Track”. Pelatihan IoT tersebut menyediakan modul berbahasa Indonesia dengan kurikulum mulai dari dasar elektronika, Arduino. Hingga IoT berbasis proyek (simulasi) yang disusun oleh tim Indobot Academy.

Yuk segera daftarkan diri anda untuk mengikuti seleksi Beasiswa IoT DTS PROA Batch 3! Jangan lewatkan kesempatan ini ya, karena kesempatan baik tidak datang dua kali ya.

Ingin Tahu Program Kami Lebih Lanjut?

Silahkan isi Formulir Dibawah Ini untuk Diskusi dengan Tim Indobot Academy.

Baca Juga

Bagikan:

Tinggalkan komentar

whatsapp whatsapp