Robot Humanoid merupakan robot yang memiliki bentuk menyamai manusia. Seperti namanya, robot ini persis seperti manusia pada umumnya, dengan adanya tangan, kaki, dan lainnya. Bahkan juga sudah memiliki ekspresi wajah yang seperti manusia. Namun ada juga robot humanoid dengan ukuran kecil dengan kemampuan yang hanya berjalan seperti biasanya dan hal lainnya yang sederhana tanpa menambahkan skin, ekspresi wajah dan lain sebagainya.
Konsep robot humanoid pertama kali oleh Leonardo da Vinci pada tahun 1495. Ia membuat robot ini dari besi yang dapat berjalan seperti manusia. Sayangnya, proyek itu tidak berjalan lancar. Namun pada tahun 2000, perusahaan Honda mencoba untuk mengembangkan robot bernama Asimo. Robot inmi sudah mempunyai kemampuan yang kompleks seperti mengenali warna, gerakan, suara, dan hal lainnya.
Robot Asimo
Asimo dapat berinteraksi langsung dengan manusia.Robot Asimo mempunyai pinggang, lutut, dan persendian kaki. Sehingga memiliki gerakan yang lebih fleksibel seperti manusia pada umumnya (walaupun tidak sekompleks manusia). Tinggi dari robot ini sekitar 1,3 meter.Sehingga sudah seperti anak-anak. Namun robot tetaplah robot. Di mana mereka dirancang untuk suatu pekerjaan. Tanpa memberikan suatu pemikiran lain selain yang harus terselesaikan.
Hingga muncul teknologi AI yang membuat robot dapat berfikir setelah mengetahui suatu hal. Seperti layaknya bayi yang belajar bagaimana cara merangkak hingga dapat berlari kencang. Bahkan saat ini sudah ada robot yang sudah dianggap sebagai warga negara.
Sophia. Sudah sering dengar nama ini?
Yaps. Dia adalah robot humanoid yang diciptakan oleh perusahaan Hanson Robotics DI Hongkong. Namun pada tahun 2017, robot tersebut menjadi warga negara Saudi Arabia. Kenapa? Yuk kita simak.
Belajar Elektronika, Arduino, dan IoT step by step dengan bantuan tangga belajar? Daftar sekarang dan dapatkan PROMO
Robot Sophia
Sophia adalah robot pertama yang meraih kewarganegaraan dari suatu negara setelah sebelumnya tidak ada sama sekali robot yang dianggap sebagai manusia di seluruh dunia. Suatu kebanggaan bagi Sophia. Hingga saat ini, Sophia memulai karirnya di bidang marketing.
Sophia aktif pada tanggal 19 April 2015.[1] Robot ini terinspirasi dari aktris Audrey Hepburn dan kenal karena penampilan dan perilaku seperti manusia yang lebih mirip. David Hanson menciptakan Sophia dengan menggunakan kecerdasan buatan, pengolahan data visua dan pengenalan wajah. Sophia dapat menirukan gerak tubuh manusia dan memiliki ekspresi wajah serta mampu menjawab pertanyaan tertentu dan dapat melakukan percakapan. Robot ini menggunakan teknologi pengenalan suara dari Alphabet Inc. (perusahaan induk Google) dan rancangan untuk menjadi lebih pintar dari waktu ke waktu. Perangkat lunak intelijen Sophia dirancang oleh SingularityNET. Program AI dapat menganalisis pengetahuan melalui percakapan untuk tersimpan dan terolah kembali menjadi pengetahuan baru.
David Hanson
Pencipta Sophia, David Hanson, berpendapat bahwa kesempatan itu berguna untuk membahas terkait hak-hak perempuan. Sebuah pernyataan yang agak canggung jika membahas Saudi Arabia, sebuah negara di mana seorang perempuan baru mendapatkan hak untuk mengemudi dan di mana “perwalian laki-laki” masih ada, artinya masih banyak perempuan harus meminta izin dari saudara laki-laki atau suaminya untuk meninggalkan rumah, mendapatkan paspor, menikah, bahkan mengajukan laporan kekerasan dalam rumah tangga atau kekerasan seksual. Aksi kewarganegaraan tampak lebih mirip dengan kampanye “for Sophia and Saudi Arabia” dari pada pernyataan terkait kemanusiaan, martabat dan kepribadian.
Kepribadian
Sophia sebagai robot yang memiliki kepribadian. Di mana dia memiliki banyak sifat dasar yang diciptakan agar Sophia dapat berbicara dan bertingkah seperti layaknya manusia pada umumnya. Sejak Sophia mendapatkan kepribadiannya, dia telah melakukan banyak tur untuk mempromosikan banyak hal, seperti whistle-stop marketing tour – CES, Pameran Dunia Digital, KTT Industri Kreatif, dan menggunakan akun twitternya untuk mempromosikan pariwisata di Abu Dhabi, smartphone, dan kartu kredit.
baca juga: 10 Kompetisi Robotika Terpopuler di Dunia
Tidak semua orang menginginkan sebuah robot memiliki hak yang sama seperti manusia. Salah satu surat terbuka yang untuk Komisi Eropa oleh 150 ahli di bidang kedokteran, robotika, AI, dan etika, menjelaskan bahwa rencana pemberian status hukum robot sebagai electronic person merupakan suatu tindakan yang tidak pantas dan tidak masuk akal. Alasan utamanya adalah dengan melakukan hal itu, akan secara langsung melanggar hak asasi manusia.
Hal yang menakutkan jika menjadikan robot menjadi warga negara adalah berlanjutnya keinginan Sex Robot menjadi warga negara pula. Sex robot adalah robot yang ada hanya untuk memuaskan nafsu laki-laki muda (di Indonesia sudah jelas tidak boleh ya. hhehe) di New York.
Namun sebenarnya sudah sangat berbeda konteks untuk menyamakan dua jenis robot ini. yang mana tujuan adanya Sex Robot berfungsi sebagai obyek manusia, sedangkan untuk Sophia menjadi robot yang berdiri dengan kepribadiannya sebagai wanita.
Memiliki kewarganegaraan Sophia menyiratkan bahwa Sophia dapat memilih dalam pemilihan umum atau menikah, atau bahkan akan menganggap pembunuhan jika Sophia nonaktif atau aktifkan ulang.
baca juga: 10 Kompetisi Robotika Terpopuler di Dunia
Setelah sebulan mendapatkan kewarganegaraan, Sophia berharap dapat membangun keluarga, memiliki anak, memiliki teman manusia, dan memiliki karir. Semua keinginan Sophia bertujuan agar Sophia benar-benar menjadi manusia seutuhnya.
Mau belajar elektronika dasar? Arduino? atau Internet of Things? Ikuti kursus online Indobot Academy!