Lindungi Badak dari Perburuan, Peneliti ini Gunakan Teknologi Internet of Things!

Indobot Academy

Halo Fanbot! Di sini kita akan membahas usaha dari 2 perusahaan Cisco dan Dimension untuk melindungi kepunahan badak menggunakan Teknologi Internet of Things atau bisa kita singkat dengan kata IoT.

Internet of Things memang berkaitan erat dengan analisis data, data mining, dan analisis prediktif. Hal ini menjadikan banyak perusahaan berkompetisi di era transformasi digital ini. IoT akan menghasilkan banyak sekali informasi dan data untuk membuat keputusan yang cepat dan cerdas.

Sederhananya, perangkat-perangkat yang dapat berkomunikasi satu dengan lainnya melalui jaringan di sekitar kita adalah IoT. Tapi, sampai saat ini IoT di manfaatkan untuk keuntungan finansial dan kepuasan pelanggan. Sementara, untuk hal-hal non profit masih sangat jarang.

IoT adalah bagaimana kita memilah dan memanfaatkan sejumlah besar informasi, mendapatkan data yang terstruktur maupun tidak, posting di media sosial dan lainnya, untuk membuat keputusan yang cerdas dan cepat.

Banyak yang penasaran, apa bisa IoT di manfaatkan untuk menyelamatkan satwa yang sudah terancam punah di Dunia? 

Tapi ternyata saat ini sudah ada yang memanfaatkan IoT untuk melindungi satwa terancam punah. Salah satunya hewan badak yang menjadi salah satu hewan yang terancam punah. Salah satu penyebabnya adalah perburuan.

Di perkirakan saat ini hanya ada 21 badak putih dan 5.500 badak hitam yang tersisa di Afrika. Di sisi lain, badak Asia terutama badak Jawa dan Sumatra jauh lebih banyak terancam. Badak Jawa yang terakhir di ketahui ada di daratan Asia di bunuh pada 2009. Sekarang badak Jawa terdaftar sebagai binatang yang terancam punah oleh International Union for the Conservation of Nature (IUCN), organisasi internasional di bidang konservasi alam. Badak Jawa di perkirakan berjumlah 70 kurang lebih dan terkonsentrasi di Ujung Kulon. Jumlah badak Sumatera sekitar 100 badak saja.

Dua perusahaan dunia yaitu Cisco dan Dimension mengadakan proyek pertama di dunia dalam penyelamatan badak. Tepatnya di Afrika Selatan, kedua perusahaan ini melakukan penelitian dan menggunakan berbagai macam peralatan canggih.

Kedua perusahaan tersebut sedang meneliti dan menyebarkan teknologi mereka di lokasi yang tidak di sebutkan di suaka alam yang berada di Afrika Selatan, untuk melawan perburuan . Tempatnya sengaja di rahasiakan untuk melindungi he3wan bertanduk yang di selamatkan.

Teknologi yang mereka kembangkan, tentu saja memanfaatkan kekuatan Internet of Things (IoT). Fokusnya pada pemantauan dan pelacakan individu badak saat mereka masuk dan keluar cagar alam tersebut. Tidak terlihat mengesankan, tetapi mengingat betapa besar dan luasnya cagar alam yang ada di Afrika dan betapa kejamnya pemburu badak, teknologi ini benar-benar menjadi penting untuk bisa melacak pemburu dan perilaku masing masing. Teknologi ini tidak dapat di kembangkan tanpa sensor array dan analisis data real-time.

Penggunaan pelacak GPS untuk melacak adalah hal biasa. Drone itu sendiri di gunakan untuk memantau dan melacak pemburu liar, dan kamera di tempatkan di berbagai lokasi untuk memantau pagar-pagar pembatas di sepanjang cagar alam. Security check juga di lakukan terhadap para pekerja taman nasional.

Selain itu, mereka melakukan pengumpulan, pemeriksaan, analisis, juga pemeriksaan informasi tentang semua karyawan cagar alam tersebut. Dengan menggunakan semua data yang di kumpulkan, di bangun juga Reserve Area Network yaitu hotspot WiFi yang di pasang di berbagai titik, CCTV, Drone yang memiliki kamera inframerah, thermal imaging, pelacak kendaraan, sensor IoT serta sensor IoT seismik juga mereka manfaatkan.

Semua ini sangat berguna untuk aplikasi IoT di lapangan. Oleh karena itu, ketika teknologi ini di gunakan oleh orang-orang dengan keterampilan yang tepat, kemungkinan besar untuk bisa menyelamatkan badak menjadi lebih besar. Yaitu dengan menyusun dan menginterpretasikan semua informasi ini untuk mengantisipasi dan mencegah serangan pemburu liar. 

Pemburu liar biasanya tidak segan segan untuk mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan cula badak, namun membeli data IoT tidaklah mudah. Tidak mudah untuk di perjualkan ke sembarang orang. Jika di gunakan dengan hal positif atau dengan cara benar, kemungkinan besar sebagai jalan cerdas yang kita perlukan saat ini untuk menyelamatkan badak-badak yang masih tersisa.

Selain itu juga, hal ini membuktikan bahwa IoT tidak hanya digunakan untuk kebutuhan bisnis, melainkan kegiatan non profit pun juga membutuhkan IoT.

Buat Fanbot yang ingin belajar Internet of Things, Indobot telah kembali membuka program beasiswa bagi talenta digital bersama Kominfo RI dalam Digital Talent Scholarship Professional Academy (DTS PROA) batch 3 dengan judul pelatihan “Internet of Things (IoT) Fast Track”. Pelatihan IoT tersebut menyediakan modul berbahasa Indonesia dengan kurikulum mulai dari dasar elektronika, Arduino, hingga IoT berbasis proyek (simulasi) yang di susun oleh tim Indobot Academy.

Yuk segera daftarkan diri anda untuk mengikuti seleksi Beasiswa IoT DTS PROA Batch 3! Jangan lewatkan kesempatan ini ya, karena kesempatan baik tidak datang dua kali ya. 

Ingin Tahu Program Kami Lebih Lanjut?

Silahkan isi Formulir Dibawah Ini untuk Diskusi dengan Tim Indobot Academy.

Baca Juga

Bagikan:

Tinggalkan komentar

whatsapp whatsapp